Berita : PDM Kabupaten Kutai Timur


RAMADAN BULAN PERSAUDARAAN

Rabu, 06-06-2018

https://www.bontangpost.id/2018/06/04/41147/ramadan-bulan-persaudaraan/amp/

 

Ramadan selalu diedentikkan dengan bulan umat Islam. Hal itu tentu sah-sah saja karena memang di bulan Ramadan ini setiap dirinya yang mengaku Muslim diwajibkan untuk melakasanakan ibadah puasa di mana pun dia berada, baik di negara yang pendududknya mayoritas muslim seperti Indonesia ataupun ketika dia berada di tengah komunitas non muslim, kewajiban itu tetap dilaksanakan.

Adalah pemandangan yang sangat menarik ketika kita melihat fenomena Ramadan di Indonesia. Seperti kita ketahui, republik ini secara yuridis, mengakui keberadaan agama-agama sebagaimana yang sudah tercantum dalam UUD 45, dan setiap pemeluk agama itu diberikan kebebasan untuk melakansakan ajarannya. Faktanya meskipun Ramadan itu kegiatan rutin tahunan umat untuk menjalankan kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya, namun rupanya Ramadan juga sangat membawa manfaat (berkah) bagi umat diluar Islam.

Secara ekonomi, sudah menjadi pemandangan umum setiap Ramadan tiba, banyak sekali muncul pasar-pasar dadakan yang khusus hanya menjual menu takjil (menu berbuka). Menu-menu  yang dijual ini, bisa kita nikmati mulai dari yang bernuansa lokal sampai kepada selera nusantara. Ini artinya, sadar atau tidak kita semua sudah diajarkan bahwa kita ini hidup disebuah negara yang multi entis dengan keragaman makanan yang luar biasa banyaknya.

Disisi lain, para pembeli di pasar-pasar Ramadan, teranyata bukan hanya orang Islam. Setiap orang dari suku dan agama apapun tidak ada halangan untuk belanja menu makan dari yang ringan sampai berat. Sehingga kalau kita perhatikan ternyata juga banyak sekali saudara-saudara kita yang tidak beragama Islam juga merasakan betapa nikmatnya hidup di bulan Ramadan, karena bisa menikmati makanan yang jarang atau tidak ditemukan di luar bulan Ramadan.

Kemudian dari perspektif sosial, banyak sekali di bulan Ramadan ini kegiatan buka bersama yang dilakukan oleh dinas-dinas kantor di lingkungan pemerintah, perusahaan atau komunitas tertentu, yang dihadiri oleh pimpinan dan semua stafnya yang tidak beragama Islam. Ketika mereka hadir buka bersama, tidak ada sekat atau aturan tertentu. Sehingga Ramadan ini seperti menjadi bulan pemersatu antar etnis dan ediologis.

Gambaran fenomena Ramadan seperti di atas, semakin menegaskan bahwa ajaran Islam, sangat menghargai kemajmukan dan sangat menjunjung tinggi nilai kash sayang (rahman dan rahim), persaudaraan (ukhuwah), perdamaian, toleransi dan menghargai perbedaan tanpa harus mengorbankan prinsip keimanannya (aqidah).

Ajaran Islam sangat menghargai kemajmukan sebagai sebuah realita empiris yang tidak bisa dihindarkan, sebagaimana digambarkan dalam Al Quran surat Al Hujurat ayat 13 yang memberikan gambaran bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan lainnyauntuk saling mengenal dan melengkapi, sedangkan indikator kemulian manusia di sisi Allah SWT pada derajat ketaqwaannya, sebagai mana tujuan dari kita melaksanakan puasa itu sendiri.

Oleh sebab itu, kemajmukan harus sungguh-sungguh disikapi secara wajar dan proporsional, bukan disikapi dengan fanatisme semu dan radikalisme yang mengarah kepada pemaksaan, konfrontatif dan permusuhan yang bersifat  destruktif.

Bulan Ramadan merupakan medium untuk mengasah spirit toleransi dan kerukunan tersebut. Mengapa demikian, paling tidak ada empat hal penting yang dapat kita urai;

Pertama, tujuan utama dalam ibadah puasa adalah meraih ketaqwaan. Kesadaran akan kehadiran-Nya inilah yang sayogyanya membawa kita untuk tidak melakukan hal hal-hal yang buruk dan tercela kepada orang lain. Ibadah Ramadan ini harus bisa menjadikan kita bersikap toleran terhadap mereka yang tidak menjalankan puasa  karena satu dan lain hal.

Kedua, puasa sejatinya mendidik, melatih, mengajarkan toleransi. Bukankah kewajiban puasa tidak untuk semua orang. Puasa hanya diwajibkan bagi orang-orang yang beriman seperti tununan Quran (Al Baqarah:183). Oleh sebeb itu, seorang muslim berpuasa harus siap berdampingan dengan yang tak berpuasa baik karena alasan syar’i (alasan agama), seperti beda agama, atau karena sebab lain. Jadi, kewajiban puasa harus diiringi dengan pembelajaran berpuasa. Bagi mereka yang berpuasa maupun yang tidak, wajib saling menghormati dan menghargai orang lain.

Ketiga, kunci utama dari toleransi yang sesungguhnya adalah kesadaran dan kesedian satu kelompok untuk merelakan sebagian haknya demi kelompok lainnya. Dengan demikian, dalam konteks bulan puasa, sudah selayaknya orang yang tidak berpuasa menghargai orang yang berpuasa. Namun juga sebaliknya, sudah selayaknya orang yang berpuasa menghargai yang tidak berpuasa.

Semoga puasa tahun ini menghadirkan kehidupan yang lebih damai. Bulan berkah ini, menjadi berkah untuk semua. Wa Allahu ‘alam. (*) by Linda